Sulbar Kini, Mamuju – Aroma tak sedap dunia pendidikan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) satu per satu mulai terkuak ke publik.
Setelah siswa di Kabupaten Mamasa menyuarakan keluhannya lantaran sang guru jarang mengajar, kini suara sumbang itu menggema dari siswa SDK Pulau Saboeang, Kecamatan Balabalakang, Kabupaten Mamuju.
Aksi protes itu dilantangkan melalui pamflet bertuliskan “Kami Butuh Guru Kami Ingin Belajar.” Tujuh siswa berderet tertangkap kamera mengelilingi pamflet berbahan tripleks tersebut. Tak butuh waktu lama, aksi mereka pun viral di media sosial Facebook dan WhatsApp.
Menurut warga setempat, Alwi Suwito, aksi itu dipicu lantaran sudah sekira tiga bulan terakhir siswa di pulau itu tak mengecap bangku pendidikan.
Mangkraknya proses belajar mengajar di pulau itu sudah terjadi sejak Pemerintah Kabupaten Mamuju tak lagi memperpanjang masa kontrak para guru, tahun 2021 lalu.
“Dulu di sana guru cuma tiga. Pegawai pun cuma kepala sekolah. Setelah kontrak tidak diperpanjang, satu per satu guru tidak lagi datang,” kata Alwi, Kamis siang (4/8/22).
Sepengetahuan Alwi, satu dari tiga orang guru sedang mengambil cuti melahirkan di perkotaan Mamuju. Seorang guru lain juga ke Mamuju untuk menemani anaknya melanjutkan sekolah di Kecamatan Tapalang, Mamuju.
“Di sana kak, sisa satu guru yang mengajar. Tapi dia pun kewalahan sendiri, jadi jarang masuk,” ungkapnya.
Alwi sadar, kondisi geografis sangat menyulitkan sekolah itu. Selain akses transportasi yang sulit, butuh waktu dan keberanian untuk datang, sebab berada di tengah lautan.
Meski demikian, ia berharap pemerintah tidak memperburuk kondisi dengan melakukan pembiaran terhadap kondisi pendidikan yang sangat memprihatinkan di Balabalakang.
“Kita sudah termarginalkan dari berbagai sektor, mulai dari wilayah, fasilitas umum, jaringan telekomunikasi, dan lainnya, tapi untuk pendidikan anak-anak di sana saya minta diperhatikan,” pinta Alwi.
Menanggapi kondisi SDK Saboeang, Bupati Mamuju, Sitti Sutinah Suhardi segera melakukan evaluasi terhadap tenaga pendidik di pulau tersebut.
Sebab, setahu dia, ASN yang terangkat di sekolah itu lebih dari satu. Sehingga cukup mengherankan jika selama ini yang datang mengajar hanya satu dua orang saja.
“Kok bisa, di sana kan ada ASN. Sudah dua tahun terangkat,” kata Sutinah keheranan.
Ia memastikan, jika dalam evaluasi itu terdapat ASN yang kedapatan melalaikan tugas, Sutinah tak segan-segan memberhentikannya sebagai abdi negara.
“Kita langsung bermohon ke BKN untuk dihapus status ASN-nya,” tandasnya.