Masjid Nurul Muttahidah Mamuju: Dibangun Tahun 1928, Saksi Bisu Pemberontakan DI/TII

Masjid Nurul Muttahidah Mamuju: Dibangun Tahun 1928, Saksi Bisu Pemberontakan DI/TII
Masjid Nurul Mujtahidah Mamuju. Foto: Dok. SulbarKini

Sekilas, tak ada yang istimewa dengan Masjid Jami Nurul Muttahidah yang terletak di bilangan Jalan Yos Sudarso, tepat di depan kawasan Anjungan Pantai Manakarra Mamuju.

Bangunan masjid yang kini lebih modern tak menandakan bahwa masjid tersebut merupakan salah satu masjid tertua di ibu kota Provinsi Sulawesi Barat.

Namun, jika merunut sejarah, masjid ini punya kisah perjalanan yang panjang dalam perkembangan Islam di Mamuju.

Dalam sebuah kesempatan semasa hidupnya, almarhum Abdul Muin Saleh, tokoh masyarakat setempat dan mantan imam masjid menuturkan, Masjid Jami Nurul Muttahidah sudah dibangun sejak 1928 yang digagas oleh tokoh masyarakat Kayulangka, Binanga, dan Kasiwa.

Saat itu, mereka berembuk untuk membangun sebuah masjid pertama di Mamuju. Oleh KH Muhammad Thahir atau yang lebih dikenal Imam Lapeo, ulama penyebar agama Islam di wilayah Sulawesi Barat, mereka disarankan membangun masjid tersebut di Kayulangka.

Baca Juga:  Banjir Mamuju, Tiga Kecamatan Tergenang, 3.919 Warga Terendam
Masjid Nurul Muttahidah Mamuju: Dibangun Tahun 1928, Saksi Bisu Pemberontakan DI/TII
Bangunan lama Masjid Nurul Muttahidah Mamuju. Foto: Istimewa

“Imam Lapeo menunjuk lokasi Kayulangka yang berada tepat di pinggir Pantai Mamuju sebagai lokasi untuk membangun masjid. Awalnya hanya berupa surau berukuran 10×10 meter dengan dinding papan dan bambu serta atap dari anyaman rumbia yang kemudian mengalami renovasi dari waktu ke waktu,” kata Abdul Muin, Rabu (15/5).

Tahun 1950, Masjid Jami Nurul Muttahidah juga menjadi saksi bisu aksi pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar. Saat itu, gerilyawan DI/TII menyerbu Kayulangka dan melakukan aksi pembakaran satu kampung.

“Semua rumah warga habis terbakar dan hanya Masjid Jami Nurul Muttahidah ini yang tidak terbakar,” ujarnya.

Kini, masjid yang berada tepat di kawasan Anjungan Pantai Manakarra Mamuju ini lebih modern dengan dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk salat berjamaah sehari-hari, sedangkan lantai dua khusus digunakan untuk salat Jumat.

Baca Juga:  Kasus Korupsi Alih Fungsi KHL, Massa Demo Kejati Sulbar Minta Tersangka Dibebaskan

“Masjid sudah beberapa kali mengalami renovasi. Tidak ada bagian dari bangunan awal yang dipertahankan karena memang awalnya hanya berupa surau dengan dinding papan dan atap rumbia. Kalau lokasinya, dari awal tidak pernah berpindah karena ini merupakan permintaan dari Imam Lapeo,” ujar Abdul Muin.