Bocah Penderita Gagal Ginjal Senang Dijenguk dr. Asran Masdy di RS Wahidin Sudirohusodo

Bocah Penderita Gagal Ginjal Senang Dijenguk dr. Asran Masdy di RS Wahidin Sudirohusodo
Kepala Dinas Kesehatan Sulbar, Asran Masdy saat menjenguk Athala, balita penderita gagal ginjal yang kini dirawat di RS. Wahidin Makassar.

SULBARKINI.com, Makassar – Athala (5), bocah menderita gagal ginjal kini dirawat di Rumah Sakit (RS) Wahidin Sudirohusodo, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulsel.

Lelaki asal Kampung Tangnga-Tangnga, Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar, ini telah seminggu dirawat di rumah sakit pemerintah itu.

Pada Kamis, 1 Agustus 2024, sekitar pukul 19.30 Wita, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr. Asran Masdy (52) menjenguk bocah Athala di rumah sakit.

Sepulang dari Jakarta dalam kunjungan kerja, di Makassar, dr. Asran Masdy sengaja menunda meneruskan perjalanan ke Mamuju, Sulbar, untuk menjenguk dan hendak melihat kondisi terkini pasien Athala.

“Saya baru akan ke Mamuju besok, Jumat, 2 Agustus, siang. Saya menunda malam ini terus ke Mamuju karena mengunjungi nanda Athala di rumah sakit,” ujar dr Asran Masdy.

Menurut Asran, Pj Gubernur Sulawesi Barat, Bahtiar Baharuddin juga mewanti-wanti, agar sekiranya telah tiba di Makassar, pastikan dulu melihat langsung kondisi ril pasien kita, Athala.

Athala dirawat di ruang Rawatan Pinang Kelas III, Lantai II, RS Wahidin Sudirohusodo. Athala berada di pojok dekat pintu masuk pada sebuah ruang perawatan yang lapang.

Ketika dokter Asran tiba di rumah sakit semalam, Athala tampak dijaga oleh ayahnya, Bahtiar Sahari (42).

“Kami sudah seminggu di sini. Waktu kami berangkat di Polman ke Makassar, kami naik mobil keluarga di kampung. Tapi pulangmi dia,” kata Bahtiar kepada media ini di Makassar, semalam.

Tempat tidur Athala persis di dekat pintu masuk ruang perawatan. Di samping tempat tidurnya, ada ruang kecil tanpa pengalas, di situlah Athala dan ayahnya sedang duduk ketika dokter Asran masuk.

Asran Masdy lupa menyapa Bahtiar, sang ayah si pasien. Setibanya di ruangan ia langsung duduk berlipat kedua kaki di belakang, lalu bercengkerama dengan Athala.

Baca Juga:  Pemprov Sulbar Gelar Zikir dan Doa Bersama untuk Kesuksesan Pemilu 2024

Kerap kali dokter Asran menyapa si bocah ‘nak Athala’. Mobil mainan kecil yang dibawa dari Tinambung ia lepas setelah Asran Masdy memberinya mobil mainan baru yang lebih besar. Senyum Athala merekah, ia berkata kepada Asran yang tak terdengar dari jarak pengambilan gambar dan di tengah ruangan riuh dari suara-suara keluarga pasien ‘tetangga’ Athala lainnya.

Sesekali ayah Bahtiar menyela memberi penyemangat pada anak keduanya itu dengan kondisi fisik memprihatinkan: perut membesar membuatnya begitu berat bergerak. Padahal, bocah lelaki dengan umur lima tahunan, justru di umur lincah dalam bermain.

ATHALA CERIA, SENYUM DALAM DEKAPAN ASRAN

Ayah Athala, Bahtiar Sahari sebenarnya tak sendiri menemani anaknya yang sedang dirawat inap di rumah sakit terbesar di Indonesia timur itu.

Ayah Athala, Bahtiar Sahari, sebenarnya tak sendiri menjaga anaknya selama dirawat di Makassar. Ia bilang ibu Athala juga ikut mengantar Athala ke Makassar pekan lalu.

“Tapi dia pulangmi ke kampung karena sibuk i. Masih ada juga dua anakku kecil,” ujar Bahtiar di RS, semalam.

Athala anak kedua dari tiga bersaudara. Ibunya bernama Reski Amelia (35) adalah perempuan Mandar. Sehari-harinya Reski mengajar di sebuah PAUD di Tangnga-Tangnga, Tinambung, Polman.

Selama, di RS Wahidin, Bahtiar mengatakan, besok (Jumat hari ini, red) akan ke Makassar menjenguk Athala. Ibu Reski akan menyertakan kedua anak lelakinya: Aska (9 bulan) dan Qasam (kini duduk di kelas 3 SD di Tinambung).

Dokter Asran tiada henti bercakap-cakap dengan Athala. Ia sengaja beri support dan semangat kepada si bocah yang kerap melempar senyum kepada semua pengunjung, semalam.

Baca Juga:  BPOM Amankan 27.525 Butir Pil Koplo Senilai Rp 137 Juta di Mamuju

Bahtiar bilang, sejak umur 1 tahun Athala sudah pintar berbicara. Dan benar, pada semalam itu meski dengan kondisi fisik yang tak biasa (perut membesar), Athala tampak ceria. Sesekali ia menggerakkan mobil-mobil mainan ke dasar lantai sembari melempar senyum ke arah Asran.

“Sebelum saya berangkat ke Jakarta, sempat menjenguk Athala di Tinambung. Makanya sudah mulai akrab dengan saya,” kata dokter Asran.

Bahtiar senang mendapat kunjungan Asran Masdy. Punggawa dinas kesehatan Sulbar ini menyerahkan dua jinjing berisi aneka macam makanan dan minuman. Asran juga menyerahkan amplop (tebal) langsung ke Athala, dan seterusnya disimpan ayahnya, Bahtiar.

Di samping Athala, Accang — sapaan akran dokter Asran — tak lupa mengontak sejawatnya di RS terbesar milik pemerintah RI itu. Asran hendak pastikan perhatian dan perawatan Athala meski intensif.

“Simpan nomorku di pak, kontakka‘ kalau ada apa-apa di…..!” Bahtiar menganggukkan kepala merespon kalimat pendek dokter Asran, sebelum kunjungan semalam disudahi.

Fatur, pemuda dua puluhan tahun, adalah petugas jaga di RS Wahidin yang setia menemani dokter Asran selama waktu menjenguk Athala. Dari pintu depan utama rumah sakit yang luas dan besar itu, Fatur sesekali menunjuk arah kelokan jalan manakala dokter Asran melaju jalan di kelokan beda.

Belasan menit berjalan kaki hingga tiba di kamar Athala, hanya dokter Asran yang tak bercucuran keringat.

Belum ada konfirmasi ke otoritas rumah sakit tempat Athala dirawat inap di Makassar saat tulisan ini diproduksi.

ZULKIFLI – SARMAN